Nafas dan hati ini terasa berat saat membaca lembaran itu.
Seakan palu godam menghantam jiwaku memukulnya hingga terjatuh remuk lalu hancur.
Ingin ku copot mata, hati dan telinga ini.
Mataku terpejam merintih.
Lembaran itu, penuh tinta berwarna merah dan hitam.
tak sehitam dan semerah yang kukira, kali ini jauh lebih hitam dan merah.
Pikiranku sempat berhenti, tulang ini tiba-tiba menjadi kaku, dan jiwa ini terbang entah kemana.
Mataku nanar dengan tatapan yang kosong,
Dan hati ini,... terluka
Bukan karena tinta itu, tapi menyalahkan "keadaan" mengapa tinta itu harus digunakan.
- Marah dan Pedih.
Lembaran ini, aku ingin mengatakan padanya "Biarlah aku yang menyimpannya, kau tak perlu melanjutkannya lagi. Akan ku berikan kau lembar baru yang lebih indah"
Tapi, ...
mulut ini seperti es yang terus membeku, kaku dan dingin.
Otak dan hati ini bekerja 5x dari biasanya, mencoba menarik logika dari semua ini.
Apa yang bisa diperbuat tubuh dan rasa dari jiwa yang penuh keraguan?
-- untuknya
Arghhh !!
Lebih baik mati atau tak pernah membaca lembaran itu pintaku.
Tapi tuhan tak akan menawarkanku alat pemutar waktu untuk lari dari hal ini.
Aku bisa saja beranjak dan meninggalkan kertas itu, terbang bersama debu.
Tapi lembaran itu, memiliki rantai dari dimensi lain yang membelengguku.
Membelenggu hati, jiwa, rasa, dan logika.
Terasa begitu nyata mencengkram egoku,
Memenjarakanku dalam dimensi gundah dan penuh pengharapan.
Tuhan !!
Aku jarang menyembahmu, seringkali tak memujamu.
tapi aku butuh jawaban dari mu, aku butuh bantuanmu
- Aku mohon.
Bersama hampa, aku ingin berlari dan berteriak.
Beranjak tak mengenalnya, tak tercipta sedikitpun ruang dalam hati ini yang sanggup untuk menahan rasa beban ini lagi.
--aku ingin lupa ingatan !!
Tapi tetap saja, tak akan terbayangkan saat tubuhku ini menjadi seonggok mayat yang membusuk tertimbun penyesalan saat dia terperangkap (lagi dan lebih menyakitkan) dalam lembaran yang jauh lebih merah dan jauh lebih hitam.
Oh tuhan,
Demi aku dan demi dia, aku sungguh tidak ingin.
- Demi dia, aku sungguh tidak ingin.
Serigala itu,
Aku ingin memeluknya, mengambil lembarannya itu..
Merobeknya, membakarnya, membuangnya bersama asap yang terbang kelangit.
Memberinya lembaran baru yang penuh damai dan kasih sayang.
- Sangat ingin.
Tapi aku terlalu takut dan penuh keraguan.
Tuhan, tolong selamatkan dia.
-- Aku mohon ...

Tidak ada komentar:
Posting Komentar