Senin, 19 Juli 2010

Sang Pengusir



Kau pernah lihat aku menangis?
Kau pernah lihat aku menggigil menahan pilu?
Kau pernah lihat aku dimalam hari?
Kau pernah lihat aku sesaat sebelum aku terlelap?
Kau pernah membayangkan betapa rapuhnya aku?

Kau bilang Pria itu haruslah kuat, tapi bukan aku.
Aku juga bukan seorang pemberi,
Aku hanya seorang yang selalu butuh.

Aku sapa kamu, karena ingin berkeluh.
Aku rindu kamu, karena ingin dipeluk.

Aku butuh kamu, yang kuharap bisa pahami tangisku.
Aku butuh kamu, yang kuharap bisa mendamaikan kelamku.

Aku ingin kamu bukan karena sebuah rasa,
Tapi karena aku butuh.

Aku ini egois, opportunis, munafik.



Sungguh aku ini makhluk yang mengerikan.
Lebih baik kau menjauh saja dariku.



SANA PERGI MENJAUH !!








"Sometime`s you just have to smile, pretend everything`s okay.
Hold back the tear`s and just walk away."
-I am sorry.Good bye-











Ya, dan malampun menjadi terlalu buas untukku,...

Jera dalam Jerat





Laba-laba hitam itu sudah jera dalam jerat yang dibuatnya.
Jengah terengah, dia terseok tertatih dari satu sisi kesisi lainnya,
Dari pedih lalu mengunjungi sedih, menghampiri tanya lalu tersesat, lagi.
Matanya sayu, layu, yang kanan bertuliskan hidup yang kiri bertuliskan cinta.
Ya dia hidup dan mencinta, mencinta kupu-kupu,
Mendamba indah.

Tapi laba-laba tak pernah berani menoreh rasa dinadinya,
Tak pernah berani menghela paru dengan penuh harap.
Dia lemah tergerus ragu, ditusuk takut hingga belulang, dipaksa mengeraskan hatinya oleh dingin asa yang selalu tiada untuknya.

Sejenak laba-laba berfikir,
Kupu-kupu itu selalu terbang mengalun lembut, indah dikagumi banyak insan. Haruskah dia ikut terkungkung dalam jerat hitam, saat laba-laba mencintanya!?

Kupu-kupu itu sangat mampu untuk terbang menjauh gelapnya sarang laba-laba.
Menikmati hangat mentari, takdir mentitahkannya untuk bersama harum bunga.
Bukan terjebak, terperosok-tersungkur dalam got, terjerat hitam sarang laba-laba, lalu mati hina.

Laba-laba itu binatang singgah, dari satu jerat kejerat lainnya.
Menjerat satu kupu-kupu, lalu pindah kejerat lainnya.
Menjerat satu kupu-kupu. lagi
Dan begitulah pikir laba-laba itu.

Tentang apa-apa yang ditakutinya.


"What hurt me the most was when you being so close with me
and
right at the time that you're very happy with me.
Then, you must
watching me walk away
It`s what the most i scared of."



Laba-laba itu takut lalu menjadi pengecut.
Kacrut-kucrut terbirit dari hidup dari cinta,
Lalu menjelma menjadi curut, berhina dalam got!
Hanya meringsuk tergenang oleh gelinang sesal yang menyumpal di hati, membebal otaknya.

Entah sampai kapan,
Hatinya itu diterjam mulut yang tak bicara.
Menerkam semua jerat yang sesungguhnya ingin tersurat lalu tersirat.

Getir ini sekarang sedang berada ditepian,
Siap untuk terjatuh lalu mengaduh, lagi.
Atau mungkin,
Siap untuk berterbang bersama sayap-sayap indah miliknya.

Jangan kau bertanya kemana arah tepian
Pada takutnya, pada lemahnya,
Juga jangan pada dia, sang pengecut.

Tatap saja matanya, Penuh kasih dan percaya,
Jika kau temu jawabnya, tak usah bicara,
Peluk saja, erat-hangat, damaikan dia, Sang Laba-Laba.



Maaf bila Sang Laba-Laba
Tercipta tak sekuat tak sehebat yang kau kira,
Dia hanya seekor bocah yang sedang tersesat,
Sedang menanti sembari mencari.







"Dan jika aku mengharapkan dirinya
menjadi yang pertama lalu menjadi yang terakhir,
Tuhan, tolong jawab aku,
Apakah ini terlalu berlebihan,
Untukku, juga untuknya."








Sabtu, 10 Juli 2010

Aku yang selalu benar. BUKAN KAU!!



"Heii, kau (baca: Aku) bajingan yang sedang tersenyum.
BISAKAH KAU BERHENTI BICARA!!?"


Lantai 7, disebuah losmen kumuh.
Malam dengan kerlingan bintang, lampu berjejeran menyinari gelap menjadi jingga, rintik gerimis ter-indahkan oleh mereka yang berjalan sibuk dengan hidup masing-masing.
Malam gerimis ini, riuh-bergemintang terang!
Berlalu-lalang menuturkan waktu dengan setiap-setiap orang yang saling berbicara.

Tapi itu tadi, Sesaat sebelum kau berkata t.i.d.a.k.,...
Tapi itu tadi, Sesaat sebelum aku tersadar, bahwa kata t.i.d.a.k. sesungguhnya akan selalu menemani semua inginku,...

Dan kini, Sesaat sesudah saat sesaat sebelum yang tadi.

Rintik berhenti, sebagian melayang sebagian sudah berbentuk pecah,
Seperti darah yang tersembur.
Mereka yang berlalu-lalang terdiam dalam slow motion.
MATI LAMPU!! satu persatu lampu bermati.
Jingganyapun hilang dan kembali lagi gelap. kembali lagi gelap.
Tinggal cahaya gemintang, yang akhirnyapun perlahan redup.
Kembali lagi gelap.

Langit Malam Ini (Selalu) Padam, Kasihan!!

SEKARANG GELAP! DAN KAU,...!!

Heii, kau (baca: Aku) bajingan yang sedang tersenyum.
Bisakah kau berhenti bicara!!?
Tentang Eros yang kau bilang sedang menyapa baik.
Tentang pijar Pelangi yang mempesona indah.

BERHENTI BICARA!! BERHENTI MENIPU!!

Kau berbohong!! Dan aku yang selalu benar (tentang hidupku)!!

Tentang hidupku,...
Tentang hanya dua hal yang kuingat sesaat sebelum ku terlelap.

Bukan tentang yang lainnya, tak ada hal lain selain dua hal itu dalam hidupku.
Hanya dua hal, yang selalu kuingat sesaat sebelum kuterlelap.

Dan hanya dua hal itulah yang ingin ku ingat sesaat sebelum ku terlelap.

Tentang kesendirian dan Namaku

Setelah itu aku pun terlelap,...
Selamat malam,..

MATI (rasa) !!




"Terima kasih pada rasa yang selalu pahit, terlebih untukku."






Dan mereka menyebut namaku, Abandoned.





Tarian-Hujan

Dibumi ini, hidupku penat, tersungkur diatas gersang.
Lalu hujan datang, menyampaikan sajak-sajak hidup pada titik airnya.
Menyampaikan pesan dari langit dimana aku pernah menitipkan semua mimpiku.
Memandikan bumi(ku) dengan embun penyadaran, bahwa aku pernah bermimpi tentang semua inginku yang pernah kucurahkan pada langit.

Tersadar dari lamunan,
Aku yang sedang termangu diberanda, bangkit beranjak merasa hujan dihalaman, bermandi sejuk dan basah.
Ibuku melihat lalu berteriak,
"Asa (baca: harapan), jangan hujan-hujanan!!"
Aku menyahut dengan senyum sumringah, berteriak puas.
"ini bukan bermain hujan mah, ini tarian!!"

Hujan pagi ini menyadarkanku.
Bahwa hidup bukanlah tentang bersembunyi dari petir, berlari menjauhi angin (percuma saja).
Hidup itu tentang menari bersama hujan.
Menikmati semua penyadaran yang langit sampaikan pada gersang bumi, lewat setiap embun-embun hujan, tentang impian-impian seorang insan (impianku).





Mereka yang tak pernah basah,
takkan pernah
mengerti sejuk-damainya menari bersama hujan.