Senin, 16 Agustus 2010

Save Me From My Self



Tataplah mataku, aku melihat wajah itu setiap hari.
Kau memakai topeng-mu dan berhasil menipu dunia.
Tapi tidak diriku, aku bisa melihat siapa dirimu sesungguhnya.

Aku lelah melihatmu, jenuh mengurusimu.
Yang terus tergerus oleh ketakutan masa kecilmu.

Kau terluka, dan aku yang harus mengobatinya.
Kau menangis, dan aku yang harus menyekanya air matamu.
Kau berteriak, dan aku yang harus menenangkanmu.

Dan kau tetap selalu begitu, bahkan aku tak tahu apa waktu bisa menghapus semua ini.

Aku telah berusaha sekeras mungkin meyakinkan diriku sendiri.
Bahwa dirimu itu sebenarnya tak pernah tercipta.
Tapi ada dirimu terlalu nyata untuk buatku nelangsa.

Suaramu, helaan nafasmu, bahkan detak jantungmu, semua mengalun bersimfoni senandung parau.

Kau bermarah, hanya bisa menghukum dinding-dinding dingin.
Entah mana yang harus aku kasihani, dinding yang tak bersalah, atau kepalan merah tanganmu itu.

Kau bergelut dengan hidupmu, mengusir sendu sendiri.
Aku selalu bilang, itu takkan pernah mudah.
Tapi kau selalu memaksa, dan aku hanya bisa berdiri, disini-sendiri, melihatmu selalu terluka ditempat yang sama (menunjuk kehati).

Disetiap hari, saat malam mulai meraung, aku tertekan depresi, tak pernah merasa aman, kau itu kelakar terror!

Sepertinya, aku takkan pernah sanggup untuk menyelamatkanmu.
Hanya mampu menyaksikan wajah parau itu setiap harinya.


#
Aku menatapmu iba.
Saat kau menunduk pada genangan air.
Saat kau menoleh kearah cermin.
Saat kau melukis wajahku.

Aku, yang terpaku lelah, jenuh oleh lemah yang tak bisa menyelamatkanmu, dari ketakutan masa kecilmu, sendiri.



Who will save me from my-self!?




Lembaran yang hilang









Bagian terakhir, dari lembaran-lembaran yang hilang.

Aku pernah menulis sesuatu, lalu kucoret, kurobek, kubuang-kulempar pada lubang terdalam-ku.
Biarlah hanya aku yang pernah membacanya, tak perlu orang lain untuk tahu, tidak juga kau.

Aku membiarkan diriku direnggut oleh kekecewaan dan ketakutan.
Menyadarkan diri ini untuk berhenti mengharap, karena bagiku pengharapan hanyalah sajian yang terlalu mahal, terlebih bagiku.





"Whether the imagination about hug,
is an hope that is too much expensive for the Wild-Wolf ?"






Minggu, 08 Agustus 2010

Aku hanya ingin hidup seperti awan.





Semua orang hidup terikat dan bergantung pada pengetahuan atau persepsinya sendiri, itu disebut kenyataan. Tetapi pengetahuan atau persepsi itu sesuatu yang samar. Bisa saja kenyataan itu hanya ilusi, semua orang hidup dalam asumsi.

Lalu, seringkali manusia tersesat di jalan yang bernama kehidupan. Itu semua terjadi saat mereka berusaha menang dari rasa kesepian. Padahal disatu sisi penderitaan akan membuat mereka semakin kuat. Dan saat mereka gagal tetapi masih mampu bangkit kembali, menurutku itu karena mereka kuat.

Jangan pernah mengaharapkan selalu bahagia saat kau mengenal cinta, karena cinta datang juga untuk mengajarkan kekecewaan. Dan Saat kau mengenal kasih sayang, kau juga menanggung resiko kesedihan.

Seseorang yang tidak pernah tahu rasa dari rindu, mereka takkan pernah tahu apa itu menyayangi.
Menyayangi itu terkadang penuh rindu dan luka, lalu lukalah yang akan mengajarkanmu tentang tegar.

Kehidupan dinilai bukan dari bagaimana menjalaninya, tetapi dari apa yang sudah dilakukannya.
Dan pertanyaannya, apa yang sudah kau sudah pernah terluka saat berjuang demi dia?

Saat kau terluka, lalu dia tersenyum menyemangatimu, mawarpun berbunga dua kali.



I used to cry and give up, I nearly went to the wrong way, but you..
You always show me the right way. I always chasing you... wanting to overtake you. I just wanna talk with you.
I wanted to be with you. you changed me. your smile saved me. So I'm not afraid to live my life, because of you.




I love you more than I can bear.