Selasa, 29 Juni 2010

Menulis, tak bicara.



"Never tell people your problems, 80% of them don`t care,
and the other 20% is glad you have them.
Silence makes you still a live. and its work on me, always,..."



Selalu ada saat untuk mengucapkan "Selamat tinggal"
Dan mereka selalu menyapaku dengan ucapan
"Heii, selamat tinggal!"

Seperti yang pernah kukatakan padamu, mereka akan mulai beranjak meninggalkanku, tepat disaat mereka mulai mengenalku.

#
Adakah seseorang yang bisa mengajarkanku hidup
Adakah seseorang yang bisa menemani sendiriku
Adakah seseorang yang bisa menjadi temanku
Adakah seseorang yang bisa bertahan dengan kesahku
Adakah seseorang yang bisa meninggikanku
Adakah seseorang yang bisa menyinari redupku
Adakah seseorang yang bisa menerima semua lemahku
Adakah seseorang yang bisa memandangku tanpa hina
Adakah seseorang yang bisa melihatku bersedih
Adakah seseorang yang bisa membawakanku kasih
Adakah seseorang yang bisa mengerti,...
Mengerti bahwa aku sangat membutuhkan seseorang,
saat ini.

#
Adakah seseorang yang bisa menyadari
Bahwa Serigala Liar itu,
Yang selalu berkata "tangguh", kini mulai renta, mulai rapuh.
Tajam matanya sudah digerogoti nelangsa.
Otot-ototnya mengejang getir.
Sudah tak melolong,
Bahkan setiap helaan sudah terasa berat.

Hidup ini siksa, katanya parau.

Kini, Serigala Liar itu, yang bernama "abandoned"
Tergeletak dalam lubangnya, sendiri,
Meringis-miris, Merintih-lirih,...


..., memejamkan matanya menunggu mati.









"Whether the imagination about hug,
is an hope that is too much expensive for the Wild-Wolf ?
"







Senin, 28 Juni 2010

Saatku berfikir tuhan itu ada.






Tuhan, aku tak bernafas tak melenguh.
Hanya merasakan suatu sesak mendesak, melesak,
Mengerlingkan tajam meracau dijantung dihati.
Menyembelih tanya merongrong tenang, aku tak bisa mengejawantahkan ingin.

Tuhan, aku terambing, terpental kesana lalu tersisih, keatas lalu terpendam.
Hingga aku sempat bertanya, apakah pernah diciptakan sebuah entah manis, entah masam, Untuk menandakan bahwa hati juga punya rasa.
Kalau memang punya kurasa yang ada hanyalah kelu,
Kelu itu ada diujung lidah, merambat sampai hati,
Mencengkramnya dalam perbudakan untuk hidup dalam hina.

Tuhan, aku tidak sedang bercerita tentang kesah,
Aku tidak sedang bermuram mendurja padamu.
Aku hanya sedang,... aku juga sempat terbingung sedang apakah aku sekarang padamu, Tuhan.
Kau berikan aku hidup, kau juga berikan aku segelintir alasan bahwa mungkin mati lebih baik.

Tuhan, subuh ini aku tergeletak dalam ruang penuh emosi, terkantuk oleh lelah, terpusing disetiap helaan nafas.
Tuhan kau selalu punya kuasa untuk membuatku tak kuasa hidup tak ber-asa,
Kau sangat bisa memaksaku nelangsa.

Tuhan, kau tidak sedang menyiksa, kau hanya sedang membuat seorang hamba terkatung menggantung, merekat dalam panggung hidup yang kau sebut, siksa.



Aku hidup, aku mati (nanti), dan aku terjerembab lekat.
Terputar-putar dalam putaran pusaran yang memutar-mutar hingga terus ku berputar, sampai mati,...









-nantinya.







Jumat, 18 Juni 2010

Good bye Mr.CooL



Kutuliskan untuk mereka yang mengerti tentang kehilangan dan mengasihi,...


Selamat tinggal kepada dia yang selalu kuat menghadapi derita
Selamat tinggal kepada dia yang selalu tersenyum bersama sedih
Selamat tinggal kepada dia yang selalu menari indah, berduet dengan sakit


#
Saat kau berfikir ini adalah cerita dongeng yang
happily ever after ending melulu,
disaat itulah kau akan selalu kecewa.

Ini bukan dongeng, ini tentang hidup.
Tentang seorang Pria yang menyayangi
Tentang seorang Pria yang berjuang.

Dia yang menjadi karangmu, disaat kau rapuh
Dia yang meringisi semua sakitmu, menghapus setiap tetes embun kesedihan dimatamu.

Kau tanya kabarnya tentang deritamu yang selalu ditanggungnya.
Lalu dia menjawab, "Aku selalu baik-baik, karena aku pun tahu kau baik-baik saja."
Kau tanya hatinya yang seringkali tersakiti oleh ucapmu
Diapun berkata, "Kau tak perlu khawatir, hati ini tegar setiap kali membayangkan senyummu."

Kaupun tertegun, terdiam dalam sendu-senang, kelu dan bersyukur, tapi semua ini gamang,...
Pernah kau kecewa, seringkali bermarah pada tuhan.
Sampai kapan kau harus terus melihat dia terusik karena onarmu.
Haruskah dia selalu menjadi baik untuk menebus burukmu.

Kau menangis, meringis, tersedu-tersedan, bermuram dengan teriak pada tuhan,...
" BUNUH SAJA AKU!! hentikan sandiwara tragis ini untuknya, TUHAN, BUNUH SAJA AKU!!
KU,.. M...O.H.O..N,... "
- tubuhmupun tersungkur, bersujud.

(aku tak tahu apakah kau harus bersyukur?)
Tuhan mengabulkan pintamu, walau hanya sebagian,
memang ada yang bermati, tapi bukan engkau, melainkan dia.

Dia,...
Bahu dari lelahmu, pijar dari redupmu
gudang harapan dari semua kecewa dan sesalmu

waktu terhenti, dunia menyempit,
hanya tersisa gambaran tubuhmu, dan tubuhnya yang terbujur kaku,
dibungkus kain putih sederhana dengan ikatan-ikatan disetiap lekuknya.
dia, pria itu, kini telah bermati.


Palamu pening, kerongkonganmu tercekik oleh isak,
Dan dia tetap tersenyum untuk menanggung semua sakitmu, senyumnya terukir dari wajah pucat-pasi itu.

Kaupun dirongrong takut, melalu malam menggigil tanpa peluknya,
Dan diapun mengambil semua dingin malam kedalam tubuh kaku itu,
Agar tak satupun dingin menggigilkanmu.

Kau percaya, buasnya hidup akan mencabik relungmu saat dia tiada untuk melindungimu,
Dan dia (seakan) berkata, " Kau tak perlu takut tergerus oleh liarnya hidup, aku Telah bermohon pada tuhan, biarkan tubuh mati ini dimakan ulat, menggantikan Semua derita yang diciptakan tuhan untukmu,..."

Bermatipun dia masih mengharap untuk baikmu!!


Kini kau tak bisa menangis, bahkan matimupun takkan pernah bisa menghapus semua pedih dan sesal ini.

Kau hanya bisa tersungkur, terdiam-tergugu tak sanggup bersedih,
Ini melebihi semua kata yang bisa menggambarkan sedih,...
Ini PAHIT yang sangat PEKAT!!

Pahit dan pekat, seperti gelap saat mata terpejam,


terpejam, karena hilang, dan mati, yang teramat kelu.







Terima kasih kepada Pria,

Engkau yang menjadi Ayah, menjadi Kakek, menjadi Suami, menjadi Anak, menjadi Kakak, menjadi Adik, menjadi Kekasih, menjadi Sahabat,...

Terima kasih kepada Pria, Dia yang bermati demi orang yang dikasihinya,...

Dan dengan rindu yang ber-do`a ini, Kupinta tempat terbaik pada-Nya untukmu,
seorang Pria, anak yang dicintai Ibuku, Kakak yang selalu melindungiku, (Almarhum) Muhaimin Gunawan

Rabu, 16 Juni 2010

Surat Para Serigala







Kau mungkin mengerti aku, tapi kau takkan pernah menjadi aku, kau takkan pernah tahu rasanya akan hal itu.

Dan kau tak perlu selalu datang, memintaku melakukan hal-hal yang menurutmu,baik untukku.
Memang terkadang aku perlu semangat darimu.
Tapi aku tak sehebat yang kau kira,
Untuk bisa menjadi lebih baik secepat itu.
Cukup kau diam, disana, disampingku,
Temani aku disaat rapuh,
Pijarkan hatiku disaat redup,
Ajari aku tentang hidup, perlahan saja.
Aku butuh kamu (walaupun selalu takut untuk mengakuinya) disampingku,
Tapi jangan kau terlalu mengusikku, janga berisik!!
Terkadang akupun ingin beristirahat,
Tak perlu ada yang mengganggu, tidak juga kau,...

Dan bila pada saatnya nanti, akhirnya kaupun merasa lelah,
Lalu menyerah.
Aku mungkin akan kecewa, tapi takkan ku menyalahkanmu.
Akupun takkan meminta maaf, karena memang tak pernah ku meminta siapapun untuk datang, dan tepat pada saat itu juga, aku takkan pernah bersedih saat seorang pergi, karena aku sangat mengerti, seorang tak pernah datang (untukku), hanya singgah, dan singgah hanyalah sementara.

Kau tak perlu tahu, siapa dirimu bagiku.
Kau hanya perlu tahu, bahwa aku pernah mengenalmu,
Tak pernah lebih dalam dari itu, bagiku, dan mungkin juga bagimu.

Untukmu kuucapkan terima kasih, untuk semua yang (mungkin) kau lakukan untukku.

Terima kasih, atas segalanya- sampai saat ini- saja.








Dan jangan kau sebut aku sebagai "yang terkasihani".






Sabtu, 12 Juni 2010

Aku yang jahat !!

Jangan pernah kau bilang aku baik (memang tidak)
Aku hanya Si-Hina,
Bukan pengorban, bukan pengasih, bukan penolong, bukan juga Si-Baik hati.

Tidakkah kau lihat tanduk dan taring ini!!?

yang terleceh, saat mengorban
yang tersakiti, saat mengasihi
yang terhianati, saat menolong
yang mendengki, saat berbaik

Aku bukan Mashokist, terlebih orang baik, bukan, sama sekali bukan!!
Aku hanya manusia, yang juga pemilik hati iblis.

Darahku Hitam, tidak merah.

Aku seorang skeptis, Sang pesimistik,
Pemain panggung melankolis-tragis, pemilik ironi, penuh gelap dan naas.

Jangan kau sebut namaku, jangan kau ingat wajahku !!
Kau hanya akan termuak-tersedih !!

Ingat!!
Aku bukan orang baik, bukan juga Mashokist,
Hanya manusia pemilik tanduk dan taring,

pengharap imbal, pengemis upeti
si-penuntut, jendral otoriter

pengusik pagi, penyiksa siang, perusak senja, pengacau malam

raja tanpa tahu, tuan sesal.

Aku tak pernah baik, tak akan pernah.

Lihatlah aku!
Disana, di pojok yang tandus, yang tubuhnya terbakar hitam,
Hanya putih dari taring dan tanduk yang terlihat,
yang tubuhnya membusuk-dimakan ulat,


SEONGGOK MAYAT!!





Filly Rizky




Kudengar namamu Filly, benarkah??

Aku mulai mengenalmu, tersentak oleh hadirmu.
Boleh ku menyukaimu? menyukai, karena memang aku suka kamu, bukan mencinta, bukan tentang rasa, hanya suka.

Boleh ku tanya kabar disetiap malam?
Boleh ku bercengkrama saat ku rindu?

Kalau begitu, sudikah memberikanku nomor ponselmu, yang kutahu kitapun seorang M3, bukan 3, terlebih XL.
Walaupun sempat kukecewa saat tahu esia-mu ternyata telah tiada.
Tapi tak mengapa, sesama M3 juga tetap murah kok
(*sehabis separuh malam, pukul 12 sampai 12)

Oh ya!
Aku juga mendengar tentang seorang cowo, Penggema
rmu sepertinya,..
Dia (yang) Tersembunyi Oleh Malunya Itu (dan) Gundah Amat Nyiksa Inginnya (berharap bisa beranjak)
P
ergi Untuk Tuturkan Rasa Asmaranya padamu, Filly.
(gw ga sebut nama yahh!! Piss gan :D)

Oh, sudahlah! tak penting juga kita berbicara tentang dia, buang tinta pikirku,
Hanya saja ingin ku titipkan pesan untukmu Filly, jangan kau beri kabarmu padanya,
karena memang "ga semua hal tentang lo dia harus tau!! HA!" (=p)

Heii Filly,

Masih ingatkah kau saat kita saling berujar tentang 2 insan (aku dan kamu),
dari ponsel yang ditinggalkan sang empunya, malam itu, dipukul 11-12.

Kau ucap aku pintar, dan ku ucap kau pemberani
Ku tahu tentang baikmu,
Tentang engkau yang lembut,
Tentang engkau yang selalu perduli,
Walau terkadang melankolis, sang perasa.

Kau banyak berujar, dan aku suka mendengar.

Kau baca tulisku, dan aku berterima kasih.

Dan kini yang kunanti, saat dimana kita akan berjumpa, saling melihat raga, melepas jerat ingin temu.
Ku tunggu kabarmu, untuk saat itu, kabari aku lekas.

Oh ya, dan satu pesan lagi untukmu

Saat dia bertanya, siapakah yang akan kau pilih,
Aku atau dia, maka jawablah dengan lembut padan
ya

"Siapa aja boleeeh,...!!"








Teruntuk, Filly Rizky, Wanita yang kukenal dan kukenang,
Terima Kasih untuk hadirmu :)





Kamis, 03 Juni 2010

Dia, untukmu (mungkin), dan bukan aku.



Pernah aku berkata: "
Asmara itu nuansa yang memabukan dan penuh racun! Sedangkan cinta? itu bukanlah apapun, hanya pengakuan sebuah rasa yang membuatmu menangis saat mengingkarinya."


Aku tak menangis, tapi rasa itu kini membuat paru terasa amat sesak, memaksa logikaku untuk lupa ingatan dan menggerakan tubuh ini untuk ber
lari lagi, kini lebih cepat.
Aku terus menatap gambaran dirimu, yang (kupaksa) mulai terlekang, baiklah, ku akui (mungkin) aku memiliki rasa terhadapmu, rasa yang hanya terejawantah dalam diam dari sisi aku, tidak akan pernah dari sisimu, pikirku.

Aku bukan yang dipujamu, aku hanya pemujamu.
Aku bukan siapa untukmu, tapi engkau membuat dirimu menjadi siapa bagiku.
Kau tak bergerak, tak bertutur, hanya diam didepanku membuatku terpaku lalu tergetar.

Aku tak pernah mengatakan tentang rahasia rasa i
ni, aku hanya berani menatapmu dari kesendirianku, karena bagiku kau sungguh menakutkan, kau adalah makhluk terindah yang mampu mencabik-cabikku, menjadi serpihan, teronggok saat ada-mu menjadi tiada, membuatku menggigil dalam merindukanmu.
Kau tidak mendengar, siapapun tak kan mendengar, tentang jeritan ini

"AKU RINDU!!, AKU TERSIKSA AKAN RASA INI!!, ARGGHHH!!"

Sungguh, kau adalah pengganggu tenangku, pengusik sendiriku, dan aku mulai lelah tentang semua ini.
Lalu, beruntunglah aku (mungkin inipun yang membuatku sebenarnya bersedih), kini kau menghianati rasa dari sisiku. Bercumbu dengan ses
uatu yang tak kusukai, bermain dengan dia yang ku benci, silahkan kalau kau ingin menyebutnya cemburu, dan kecewa, mungkin padamu, terlebih padaku.

Sudahlah, seorang pengecut ini memang tidak pernah pantas untuk menuai rasamu, aku hanya pangeran kodok yang mengharapkan kecupan dari putri yang takkan pernah ada, karena kau memang bukan seorang putri dan kau memang tak ingin menjadi putri (untukku), kau hanya perempuan jalang yang membuatku termabuk dalam sebuah asmara, maafkan aku, ini hanya amarahku tentang kekecewaan, pada diri dan rasaku.


Aku yang teronggok,
Aku yang pedih,
Aku yang merindukanmu,
Aku yang sendiri dan kecewa,
Kini terpuruk, dalam diam, dalam mati


"Terima kasih pada cinta yang selalu pahit, terlebih untukku."





dan aku berharap, semoga lelah akan rasa ini cepat berlalu seperti asap rokok yang menghilang bersama kabut kelam







Cumbuan sebatang rokok





Dalam ruang reyot ini, dalam gelap yang penuh emosi, dingin.

Dia yang bertelanjang, yang merasakan sepi,


Rona bibir lembutnya bergincu merah, bercumbu bersama selinting tembakau yang beraroma menthol, dirasakan dingin mint yang merasuk menyelimuti tenggorokan, dingin, sedingin malam-malam yang biasa dilaluinya dalam ruang penuh emosi itu, sendiri.


Dihisapnya lintingan tembakau itu, dalam, sedalam semua hitam yang menyesakan paru, diselami hitam itu sejenak dalam jantungnya, memanas-membakar yang berada dalam dadanya. Dibiarkan tar dan nikotin mengendap bersama sesal, menjadi candu yang menyakitkan.

Dan lalu dihembuskan dalam berbagai bentuk asap, menari hening melewati mulut yang selalu terdiam, tak bicara. Dan terkadang meleos melalui lubang hidung, terbang bersama hayalnya-angannya tentang beban yang menjelma menjadi ringan, bersatu bersama harunya langit kelam.


Tenggelam dalam lamunan sendu disetiap batangnya, menggantikan kisah-kisah kelu yang berganti, satu batang untuk setiap kisah, untuk setiap hampa yang terasa.


Terenyak dalam sebuah adegan dimana dia bermandikan peluh yang bercampur dengan darah, isak yang menghantam dadanya, menyempitkan logikanya, membuat wajahnya parau tapi dengan senyum. Ditampar, dicakar, menikmati hasrat dalam remangnya hati, dalam sebuah pelarian bersama debu yang berterbangan diselimuti kelabunya asap pekat itu.

Setiap hirupnya menyalakan bara, yang mulai redup lalu memerah kembali, terang seperti teriakan yang (ingin) dikeluarkannya, menuju pangkal-pangkal hidup, lalu menghitam dalam kesuraman.


1 hisap lagi sebelum pangkal, dihisapnya, dimatikan dan dinyalakan sebatang, lagi. 1 batang lagi, dengan harap akan berhenti kelak. 1 batang lagi, untuk sebuah lamunan, untuk sebuah kesedihan, kekecewaan, kesepian dan pelarian dari permainan-permainan. Diputarnya rokok itu, mempermainkannya dalam putaran-putaran, seperti rasa yang selalu mempermainkan hidupnya.


Sungguh paru ini sesak, jantung ini seakan berhenti berdetak. Tapi biarlah karena memang itu yang selalu terasa, biarkan cumbuan bersama rokok ini menemani setiap gelap yang dirasa, terhanyut walau harus mati kelak. Tak ada yang bisa mencumbunya seperti sebatang rokok yang terus menggrogoti ini. Rokok ini tak pernah menyundut, tak pernah membuat terluka, hanya menemani setiap relung-relung kosong, menghangatkan setiap malam dingin.




1 hisap lagi sebelum pangkal,



ini hisapan terakhir, untuk cumbuan sebatang rokok, lagi.