Aku & Dia Tak Kan Pernah Sanggup Memaksa Cinta Untuk Tak Berdatang
Dikala Hujan, Aku Jatuh Cinta Diantara Dua Hati, Diantara Bintang & Bulan
Aku Tak Coba Mencari Celah Namun Cinta PaksaKu Bersujud Pada Pesona
Seringkali Cinta Datang Bersama Sakit Bersama Getar - Bersama Getir
Aku Mencoba Membunuh Hati Yang Tergetar Ini Dengan Getir Ku Hunus Berkali-Kali, Namun Hati Ini Tetap Hidup Terus Merekah Seiring Rekah SenyumNya
Aku Pernah Memilih Menghilang Tapi Jiwa Ini Terus Berlari Mencari Mencari Sesuatu Yang Tak Pasti, Tak Tahu Cara Untuk Berhenti Tak Pernah Rela Menyerah-Kalah, Walau Tak Mengenal Arah
NuraniKu Gelisah, Sembari Terus Kecanduan DiriNya Melangkah Tapi Seakan Takut Berpijak Meragu Dengan Keadaan, Tapi Yakin Dengan Perasaan
Aku Jatuh Cinta, Diantara Dua Hati Mencinta Dia, Menyakiti Seorang Lagi
Haruskah Aku Memohon Maaf Karena Eros Panahkan CintaKu PadaNya Tapi Seorang Lagi Yang Merasakan Sakit
Sungguh, Aku Tak Berdaya Menolak Cinta Yang Menghujani Tubuh Lemah Ini Tubuh Pesakitan, Yang Kerontang Dan Kering, Haus Damai Haus Sejuk
Kita Semua Lirih Oleh Perih Merintih Sembari Tertatih Tapi Hati Harus Memilih ( ! )
Ini Tentang Tiga Hati Yang Terhanyut Dipermainkan Eros
Ini Tentang Tiga Hati Yang Mencoba Kuat, Diantara Getar & Getir
Everybody wants happiness, Nobody wants pain But you can`t have a rainbow,Without a little rain
Hujan tak pernah sakiti ragaku Hanya saja, dia selalu tau kapan saatnya untuk hadir temani hati yang lirih
Pagi ini, mata ku sembab, aku berjalan diselimuti hujan Aku berjalan diantara jalan-jalan kehidupan dimana tempatku tersesat Nafas tersengal, gigi menggertak kedinginan, tenggorokan ini sungguh sakit tercekik
Selalu saja, disaat lirih, rintikpun meruntuh Temani jiwa yang selalu sendiri, mulut yang tak bicara, raga yang mencoba kuat
Rintik lirih Dan saat aku sangat merindukanmu, saat aku merasa "apakah aku akan kehilanganmu?"
Hujanlah yang akan selalu menemani, hujanlah yang akan memelukku dan berkata: "Engkau akan baik-baik saja, karena aku akan selalu bersamamu saat kau merindukannya"
And remembering all those happy times we enjoyed together And hoping we will share many many more Before my time ends up, before the rain stop
You are my Miss Rain, I missing you in every rain I love you till the sky fall down
Saya pesakitan, yang menulis saat dada sesak. Saya pesakitan, yang menulis dengan terbatuk-batuk. Saya pesakitan, yang menulis dengan badan lusuh oleh peluh
Saya pesakitan, yang menulis roman, dengan sakit!
##
Kau Ajarkan Aku Mengharap Kau Berikan Aku Keberputus-asaan
Tahukah Engkau, betapa senangnya hati ini saat Engkau ada Tahukah juga Engkau, disaat itu pula Aku terluka
Tahukah Engkau, bahwa Kau adalah damaiKu Tahukah juga Engkau, disaat itu pula Kau adalah kelakar teror
Aku merasa tahu segala tentangMu Tapi Aku tak sedekat Dia, yang selalu Kau kabari disetiap waktu
Aku merasa bisa buatMu tersenyum Tapi Aku tak sehebat Dia, yang selalu bisa menjaga tenangMu
Aku merasa bisa melindungiMu Tapi Aku tak segagah Dia, yang selalu bisa buatMu merasa aman
Sadarkah Engkau, disaat Aku tersenyum sumringah bersamaMu, disaat itu pula mataKu bersedih akan kehilanganMu. Dan Aku selalu berjalan pulang dengan penuh kesadaran bahwa hatiMu ada bukan untukKu, dan sungguh Aku tersiksa karenanya, selalu berpulang dengan kepala menengadah ke langit memaksa getir ini untuk tak meruntuh
Sedekatnya Aku denganMu Tapi aku tak seperti Dia, yang sanggup menjamah HatiMu
Sebaiknya aku dimataMu Tapi Aku tak seperti Dia, yang selalu Kau damba
Betapapun kau memperhatikanKu Tapi Aku tak pernah seperti Dia, yang tak pernah Kau lewatkan tiap detiknya
Disaat Engkau begitu baik terhadapku, Aku sangat tahu itu takkan selamanya Karena Engkau hanya akan selalu ada untuk Dia, Bukan Aku
Engkau mungkin menyayangiKu, dan Aku sungguh mencintaiMu Tapi CintaMu hanya ada untuk Dia
Sampai merintihpun Aku mencari celah HatiMu hanya akan terbuka untuk Dia
Aku memujamu, disaat itu pula Kau dan Dia menabur roman Sungguh siksa, aku yang terus mencintamu, yang juga tergerus oleh pupus
Aku terus berlari mengejar bayangmu walaupun Aku tahu takkan pernah mampu ku memelukMu dan semua hanya akan berujung kekecewaan, Tapi Aku juga tak tahu cara untuk berhenti, Aku terlanjur menginginkanMu-MencanduMu. Aku terus berharap kosong penuh takut, sungguh menyiksa.
Aku sangat tahu, diakhir cerita hanya ada Kau dan Dia Karena Aku adalah tiada, bagiMu. Dan oleh karena itu, Akupun akan menghilang, tapi itu nanti. Waktu masih ingin terus menyiksaku terhipnotis oleh cinta tak terbalas ini, hingga nanti bulan delapan menjemput
Saat hanya ada Kau dan Dia, saat Aku menghilang bersama perih
Setiap Asa tidur ngeringkuk dikamar. Seringkali Mama masuk ke pojokan (baca:kamar), duduk disamping Asa, elus pala lembut kepala Asa, mijitin punggung Asa, terus Mama nanya," Anak Mama kenapa, kok tumben pulang langsung tidur ke kamar, lagi ada masalah yah, cerita yah sama Mama, sambil dipijitin"
Terus Asa selalu bilang," Gakk PaaPaaa,.. udah Mama keluar ajaa, cuman ngantuk ini, mau cepet tidur,..."
Mamaah,... Maafin Asa,...
Selalu bohong,... Bilang semua baik-baik aja Bilang badan sehat-sehat aja Bilang selalu ada yang bayarin makan Bilang selalu ada yang nganterin pulang Bilang kalo terkadang suka pulang malam banget itu karena nemenin temen
Mamaah,... Maafin Asa,...
Ga bisa jaga kesehatan Ga bisa ngurus diri sendiri Ga bisa jadi anak baik dan soleh sepenuhnya Ga bisa menjauhi benda-benda yang Mama larang
Asa mau dipeluk Mama, Asa mau nangis dipangkuan Mama, Asa mau kepala Asa dielus lembut sama tangan Mama, Asa mau jadi anak paling manja, paling cengeng Saat dipeluk Mama,...
Asa mau dipeluk Mama, Asa ga kuat, ga sekuat yang Mama kira, Asa mau dipeluk Mama,...
Mamaah,... Maafin Asa,...
Asa tahu Mama lagi kesusahan, Asa tahu Mama udah lelah, sering kali bersedih Karena harus kuat, buat papa, buat kakak, buat keluarga ini,...
Asa ga mau jadi sumber kesedihan Mama yang lainnya Asa mau liat Mama seneng, tersenyum. Setidaknya anak Bungsu Mama selalu bahagia, selalu baik-baik aja
Mamaah,... Maafin Asa,... Selalu berbohong, selalu berpura-pura
Aku terbangun kala pagi memeluk,... Menggeleparkan ingatan dari sisa siksa semalam, dari jerat bulir-bulir gelap
"Bodoh pikirku, tapi ini nikmat(ku)"
Masih terasa pahitnya, masih menyerak kental Menghisap yang dingin-manis bersilinder putih Menyeruput panas-pahit berlekat hitam
Lalu, saat aku ingin akhiri malam, kubuat logika mengawang dalam buih-buih candu keemasan dan kuhentakan dalam mimpi oleh butir-butir merah
Aku seperti ingin mati, terbebas dari kecewa dari takut Aku ingin bermati, tanpa teringat tanpa meringis
Ya sesaat aku menikmati mati sebagai pengecut, menjadi lemah ( ! )
Menghisap marah kedalam bara merah tanpa suara, terleoskan dalam asap sesak. Meneguk hitam pahit dari semua rasa hingga habis lelah dalam seruput. Tenggak setiap tetes-tetes depresi, memindahkan siksa dalam batin ke genangan candu haram hingga tak mengada. Dan saat semua pening merajah, saat aku menikmati sakit yang akhirnya benar-benar bisa kurasa, bukan hanya torehan perih yang sekejap terlintas menyayat jantung menembus otak, yang selalu membuatku terluruh perih. Ini sungguh sakit yang nyata, tubuhku merintih mengejang, aku bisa merasakan SAKIT, menyadarkan bahwa aku nyata, dia nyata, mereka nyata , terlebih sakit ini, sangat nyata!! Disaat itulah, aku membungkusnya dalam kepalan-tandukan keras, dan akhirnya malampun berakhir dalam bulatan kecil kematian, sendiri
"Aku mengawang bermandi sakit karena aku menikmati perih yang ternyata dapat menjelma begitu nyata!!"
Akupun menanti bulan delapan, saat semua candu akan menjadi lebih riuh, lebih buatku menikmati malam, tanpa ada yang mengganggu !! Karena memang tak pernah ada seorang, sekalipun,....
I never wanted anything so much than to drown in your love and not feel your rain,...
Cause When Rain Coming, I Just Can Miss You,..
But I Think, It Does`nt Matter Now. Even I Just Can See You From "Distance" And Missing You Always In Every Rain, At Least I Got A Chance To See Your Smile.
Let Me Drown Loving You Till My Life Can`t Hold It Back,... Let Me Drown Miss You In Every Rain, heii you Miss Rain,...
And maybe if one day, when finally I could tell you about this pain, I tell it to you without feeling hurt. It is not because i am is a mashocist. I just swallow all the pain it round and then fall in to silent again. Cause I know, even there`s a love, it`s not for me.
For now, I just want to stay along beside you. And I know, it is my most fragile recklessness.
Even, You bring me hell. You give me bitter. You drops my tears. You blackout my life. You incised me pain. You trap me in suffer. You make me shame.
I can not hold my heart back. Cause, your smile is always able to soothe my joy.
I want nobody, nobody but you How can I be with another? I don't want any other !! I want nobody, Just You !!
Miss Rain,...
"Since I was hurt, then I could tell myself, there is a love lay inside me." (Abandoned, 2010)
Senin ini bukan sekadar hari. Senin ini hari pertama kuliahku, disemester tujuh. Yang ku harap menjadi awal disemster terakhirku. Hari pertama aku menorehkan kata skripsi, tiket kebebasan ku.
Tapi pagi ini aku tertekan, memikirkan apakah ada cukup uang untuk membiaya skripsi dan kuliah regulerku?. Sampai-sampai aku harus menyiapkan tiga buah proposal skripsi untuk antisipasi.
Ada tiga tema yang bisa ku pilih
1.Makna Hidup Para Terpidana Mati Di Nusa Kambangan 2. Regulasi Emosi/Konflik Diri Wanita Malam Para Ekspatriat Di Mahakam 3. Masalah Pada Mahasiswa/i Dengan IPK Kurang Dari 2.0 Di Binus
Kesemuanya Sudah Ku Dapatkan Nara Sumber/Subjeknya.
Aku bukannya pesimis akan kuasa tuhan, hanya saja aku bukan orang yang optimis untuk berharap, terlebih untuk suasana seperti ini. Aku mungkin hanya bisa berharap pada beasiswa untuk skripsiku, sedangkan saat ini saja aku masih merasa enggan untuk mengajukannya.
Hari ini senin 20 september, pukul 05.35 Aku masih menulis, aku berharap,dan masih tertekan.
Suratku untuk tuhan
(Nb: Setidaknya terima kasih untuk dia yang telah menanyai kabarku hari ini, terima kasih juga untuk semangatnya)
Tataplah mataku, aku melihat wajah itu setiap hari. Kau memakai topeng-mu dan berhasil menipu dunia. Tapi tidak diriku, aku bisa melihat siapa dirimu sesungguhnya.
Aku lelah melihatmu, jenuh mengurusimu. Yang terus tergerus oleh ketakutan masa kecilmu.
Kau terluka, dan aku yang harus mengobatinya. Kau menangis, dan aku yang harus menyekanya air matamu. Kau berteriak, dan aku yang harus menenangkanmu.
Dan kau tetap selalu begitu, bahkan aku tak tahu apa waktu bisa menghapus semua ini.
Aku telah berusaha sekeras mungkin meyakinkan diriku sendiri. Bahwa dirimu itu sebenarnya tak pernah tercipta. Tapi ada dirimu terlalu nyata untuk buatku nelangsa.
Suaramu, helaan nafasmu, bahkan detak jantungmu, semua mengalun bersimfoni senandung parau.
Kau bermarah, hanya bisa menghukum dinding-dinding dingin. Entah mana yang harus aku kasihani, dinding yang tak bersalah, atau kepalan merah tanganmu itu.
Kau bergelut dengan hidupmu, mengusir sendu sendiri. Aku selalu bilang, itu takkan pernah mudah. Tapi kau selalu memaksa, dan aku hanya bisa berdiri, disini-sendiri, melihatmu selalu terluka ditempat yang sama (menunjuk kehati).
Disetiap hari, saat malam mulai meraung, aku tertekan depresi, tak pernah merasa aman, kau itu kelakar terror!
Sepertinya, aku takkan pernah sanggup untuk menyelamatkanmu. Hanya mampu menyaksikan wajah parau itu setiap harinya.
# Aku menatapmu iba. Saat kau menunduk pada genangan air. Saat kau menoleh kearah cermin. Saat kau melukis wajahku.
Aku, yang terpaku lelah, jenuh oleh lemah yang tak bisa menyelamatkanmu, dari ketakutan masa kecilmu, sendiri.
Bagian terakhir, dari lembaran-lembaran yang hilang.
Aku pernah menulis sesuatu, lalu kucoret, kurobek, kubuang-kulempar pada lubang terdalam-ku. Biarlah hanya aku yang pernah membacanya, tak perlu orang lain untuk tahu, tidak juga kau.
Aku membiarkan diriku direnggut oleh kekecewaan dan ketakutan. Menyadarkan diri ini untuk berhenti mengharap, karena bagiku pengharapan hanyalah sajian yang terlalu mahal, terlebih bagiku.
"Whether the imagination about hug, is an hope that is too much expensive for the Wild-Wolf ?"
Semua orang hidup terikat dan bergantung pada pengetahuan atau persepsinya sendiri, itu disebut kenyataan. Tetapi pengetahuan atau persepsi itu sesuatu yang samar. Bisa saja kenyataan itu hanya ilusi, semua orang hidup dalam asumsi.
Lalu, seringkali manusia tersesat di jalan yang bernama kehidupan. Itu semua terjadi saat mereka berusaha menang dari rasa kesepian. Padahal disatu sisi penderitaan akan membuat mereka semakin kuat. Dan saat mereka gagal tetapi masih mampu bangkit kembali, menurutku itu karena mereka kuat.
Jangan pernah mengaharapkan selalu bahagia saat kau mengenal cinta, karena cinta datang juga untuk mengajarkan kekecewaan. Dan Saat kau mengenal kasih sayang, kau juga menanggung resiko kesedihan.
Seseorang yang tidak pernah tahu rasa dari rindu, mereka takkan pernah tahu apa itu menyayangi. Menyayangi itu terkadang penuh rindu dan luka, lalu lukalah yang akan mengajarkanmu tentang tegar.
Kehidupan dinilai bukan dari bagaimana menjalaninya, tetapi dari apa yang sudah dilakukannya. Dan pertanyaannya, apa yang sudah kau sudah pernah terluka saat berjuang demi dia?
Saat kau terluka, lalu dia tersenyum menyemangatimu, mawarpun berbunga dua kali.
I used to cry and give up, I nearly went to the wrong way, but you.. You always show me the right way. I always chasing you... wanting to overtake you. I just wanna talk with you. I wanted to be with you. you changed me. your smile saved me. So I'm not afraid to live my life, because of you.
Kau pernah lihat aku menangis? Kau pernah lihat aku menggigil menahan pilu? Kau pernah lihat aku dimalam hari? Kau pernah lihat aku sesaat sebelum aku terlelap? Kau pernah membayangkan betapa rapuhnya aku?
Kau bilang Pria itu haruslah kuat, tapi bukan aku. Aku juga bukan seorang pemberi, Aku hanya seorang yang selalu butuh.
Aku sapa kamu, karena ingin berkeluh. Aku rindu kamu, karena ingin dipeluk.
Aku butuh kamu, yang kuharap bisa pahami tangisku. Aku butuh kamu, yang kuharap bisa mendamaikan kelamku.
Aku ingin kamu bukan karena sebuah rasa, Tapi karena aku butuh.
Aku ini egois, opportunis, munafik.
Sungguh aku ini makhluk yang mengerikan. Lebih baik kau menjauh saja dariku.
SANA PERGI MENJAUH !!
"Sometime`s you just have to smile, pretend everything`s okay. Hold back the tear`s and just walk away." -I am sorry.Good bye-
Laba-laba hitam itu sudah jera dalam jerat yang dibuatnya. Jengah terengah, dia terseok tertatih dari satu sisi kesisi lainnya, Dari pedih lalu mengunjungi sedih, menghampiri tanya lalu tersesat, lagi. Matanya sayu, layu, yang kanan bertuliskan hidup yang kiri bertuliskan cinta. Ya dia hidup dan mencinta, mencinta kupu-kupu, Mendamba indah.
Tapi laba-laba tak pernah berani menoreh rasa dinadinya, Tak pernah berani menghela paru dengan penuh harap. Dia lemah tergerus ragu, ditusuk takut hingga belulang, dipaksa mengeraskan hatinya oleh dingin asa yang selalu tiada untuknya.
Sejenak laba-laba berfikir, Kupu-kupu itu selalu terbang mengalun lembut, indah dikagumi banyak insan. Haruskah dia ikut terkungkung dalam jerat hitam, saat laba-laba mencintanya!?
Kupu-kupu itu sangat mampu untuk terbang menjauh gelapnya sarang laba-laba. Menikmati hangat mentari, takdir mentitahkannya untuk bersama harum bunga. Bukan terjebak, terperosok-tersungkur dalam got, terjerat hitam sarang laba-laba, lalu mati hina.
Laba-laba itu binatang singgah, dari satu jerat kejerat lainnya. Menjerat satu kupu-kupu, lalu pindah kejerat lainnya. Menjerat satu kupu-kupu. lagi Dan begitulah pikir laba-laba itu.
Tentang apa-apa yang ditakutinya.
"What hurt me the most was when you being so close with me and right at the time that you're very happy with me. Then, you must watching me walk away It`s what the most i scared of."
Laba-laba itu takut lalu menjadi pengecut. Kacrut-kucrut terbirit dari hidup dari cinta, Lalu menjelma menjadi curut, berhina dalam got! Hanya meringsuk tergenang oleh gelinang sesal yang menyumpal di hati, membebal otaknya.
Entah sampai kapan, Hatinya itu diterjam mulut yang tak bicara. Menerkam semua jerat yang sesungguhnya ingin tersurat lalu tersirat.
Getir ini sekarang sedang berada ditepian, Siap untuk terjatuh lalu mengaduh, lagi. Atau mungkin, Siap untuk berterbang bersama sayap-sayap indah miliknya.
Jangan kau bertanya kemana arah tepian Pada takutnya, pada lemahnya, Juga jangan pada dia, sang pengecut.
Tatap saja matanya, Penuh kasih dan percaya, Jika kau temu jawabnya, tak usah bicara, Peluk saja, erat-hangat, damaikan dia, Sang Laba-Laba.
Maaf bila Sang Laba-Laba Tercipta tak sekuat tak sehebat yang kau kira, Dia hanya seekor bocah yang sedang tersesat, Sedang menanti sembari mencari.
"Dan jika aku mengharapkan dirinya menjadi yang pertama lalu menjadi yang terakhir, Tuhan, tolong jawab aku, Apakah ini terlalu berlebihan, Untukku, juga untuknya."
"Heii, kau (baca: Aku) bajingan yang sedang tersenyum. BISAKAH KAU BERHENTI BICARA!!?"
Lantai 7, disebuah losmen kumuh. Malam dengan kerlingan bintang, lampu berjejeran menyinari gelap menjadi jingga, rintik gerimis ter-indahkan oleh mereka yang berjalan sibuk dengan hidup masing-masing. Malam gerimis ini, riuh-bergemintang terang! Berlalu-lalang menuturkan waktu dengan setiap-setiap orang yang saling berbicara.
Tapi itu tadi, Sesaat sebelum kau berkata t.i.d.a.k.,... Tapi itu tadi, Sesaat sebelum aku tersadar, bahwa kata t.i.d.a.k. sesungguhnya akan selalu menemani semua inginku,... Dan kini, Sesaat sesudah saat sesaat sebelum yang tadi. Rintik berhenti, sebagian melayang sebagian sudah berbentuk pecah, Seperti darah yang tersembur. Mereka yang berlalu-lalang terdiam dalam slow motion. MATI LAMPU!! satu persatu lampu bermati. Jingganyapun hilang dan kembali lagi gelap. kembali lagi gelap. Tinggal cahaya gemintang, yang akhirnyapun perlahan redup. Kembali lagi gelap.
Langit Malam Ini (Selalu) Padam, Kasihan!!
SEKARANG GELAP! DAN KAU,...!!
Heii, kau (baca: Aku) bajingan yang sedang tersenyum. Bisakah kau berhenti bicara!!? Tentang Eros yang kau bilang sedang menyapa baik. Tentang pijar Pelangi yang mempesona indah.
BERHENTI BICARA!! BERHENTI MENIPU!!
Kau berbohong!! Dan aku yang selalu benar (tentang hidupku)!!
Tentang hidupku,...
Tentang hanya dua hal yang kuingat sesaat sebelum ku terlelap.
Bukan tentang yang lainnya, tak ada hal lain selain dua hal itu dalam hidupku. Hanya dua hal, yang selalu kuingat sesaat sebelum kuterlelap.
Dan hanya dua hal itulah yang ingin ku ingat sesaat sebelum ku terlelap.
Tentang kesendirian dan Namaku
Setelah itu aku pun terlelap,...
Selamat malam,..
MATI(rasa) !!
"Terima kasih pada rasa yang selalu pahit, terlebih untukku."
Dibumi ini, hidupku penat, tersungkur diatas gersang. Lalu hujan datang, menyampaikan sajak-sajak hidup pada titik airnya. Menyampaikan pesan dari langit dimana aku pernah menitipkan semua mimpiku. Memandikan bumi(ku) dengan embun penyadaran, bahwa aku pernah bermimpi tentang semua inginku yang pernah kucurahkan pada langit.
Tersadar dari lamunan, Aku yang sedang termangu diberanda, bangkit beranjak merasa hujan dihalaman, bermandi sejuk dan basah. Ibuku melihat lalu berteriak, "Asa (baca: harapan), jangan hujan-hujanan!!" Aku menyahut dengan senyum sumringah, berteriak puas. "ini bukan bermain hujan mah, ini tarian!!"
Hujan pagi ini menyadarkanku. Bahwa hidup bukanlah tentang bersembunyi dari petir, berlari menjauhi angin (percuma saja). Hidup itu tentang menari bersama hujan. Menikmati semua penyadaran yang langit sampaikan pada gersang bumi, lewat setiap embun-embun hujan, tentang impian-impian seorang insan (impianku).
Mereka yang tak pernah basah, takkan pernah mengerti sejuk-damainya menari bersama hujan.
"Never tell people your problems, 80% of them don`t care,
and the other 20% is glad you have them. Silence makes you still a live. and its work on me, always,..."
Selalu ada saat untuk mengucapkan "Selamat tinggal" Dan mereka selalu menyapaku dengan ucapan "Heii, selamat tinggal!"
Seperti yang pernah kukatakan padamu, mereka akan mulai beranjak meninggalkanku, tepat disaat mereka mulai mengenalku.
# Adakah seseorang yang bisa mengajarkanku hidup Adakah seseorang yang bisa menemani sendiriku Adakah seseorang yang bisa menjadi temanku Adakah seseorang yang bisa bertahan dengan kesahku Adakah seseorang yang bisa meninggikanku Adakah seseorang yang bisa menyinari redupku Adakah seseorang yang bisa menerima semua lemahku Adakah seseorang yang bisa memandangku tanpa hina Adakah seseorang yang bisa melihatku bersedih Adakah seseorang yang bisa membawakanku kasih Adakah seseorang yang bisa mengerti,... Mengerti bahwa aku sangat membutuhkan seseorang, saat ini.
# Adakah seseorang yang bisa menyadari Bahwa Serigala Liar itu, Yang selalu berkata "tangguh", kini mulai renta, mulai rapuh. Tajam matanya sudah digerogoti nelangsa. Otot-ototnya mengejang getir. Sudah tak melolong, Bahkan setiap helaan sudah terasa berat. Hidup ini siksa, katanya parau.
Kini, Serigala Liar itu, yang bernama "abandoned" Tergeletak dalam lubangnya, sendiri, Meringis-miris, Merintih-lirih,...
..., memejamkan matanya menunggu mati.
"Whether the imagination about hug, is an hope that is too much expensive for the Wild-Wolf ?"
Tuhan, aku tak bernafas tak melenguh. Hanya merasakan suatu sesak mendesak, melesak, Mengerlingkan tajam meracau dijantung dihati. Menyembelih tanya merongrong tenang, aku tak bisa mengejawantahkan ingin.
Tuhan, aku terambing, terpental kesana lalu tersisih, keatas lalu terpendam. Hingga aku sempat bertanya, apakah pernah diciptakan sebuah entah manis, entah masam, Untuk menandakan bahwa hati juga punya rasa. Kalau memang punya kurasa yang ada hanyalah kelu, Kelu itu ada diujung lidah, merambat sampai hati, Mencengkramnya dalam perbudakan untuk hidup dalam hina.
Tuhan, aku tidak sedang bercerita tentang kesah, Aku tidak sedang bermuram mendurja padamu. Aku hanya sedang,... aku juga sempat terbingung sedang apakah aku sekarang padamu, Tuhan. Kau berikan aku hidup, kau juga berikan aku segelintir alasan bahwa mungkin mati lebih baik.
Tuhan, subuh ini aku tergeletak dalam ruang penuh emosi, terkantuk oleh lelah, terpusing disetiap helaan nafas. Tuhan kau selalu punya kuasa untuk membuatku tak kuasa hidup tak ber-asa, Kau sangat bisa memaksaku nelangsa.
Tuhan, kau tidak sedang menyiksa, kau hanya sedang membuat seorang hamba terkatung menggantung, merekat dalam panggung hidup yang kau sebut, siksa.
Aku hidup, aku mati (nanti), dan aku terjerembab lekat. Terputar-putar dalam putaran pusaran yang memutar-mutar hingga terus ku berputar, sampai mati,...
Kutuliskan untuk mereka yang mengerti tentang kehilangan dan mengasihi,...
Selamat tinggal kepada dia yang selalu kuat menghadapi derita Selamat tinggal kepada dia yang selalu tersenyum bersama sedih Selamat tinggal kepada dia yang selalu menari indah, berduet dengan sakit
# Saat kau berfikir ini adalah cerita dongeng yang happily ever after ending melulu, disaat itulah kau akan selalu kecewa.
Ini bukan dongeng, ini tentang hidup. Tentang seorang Pria yang menyayangi Tentang seorang Pria yang berjuang.
Dia yang menjadi karangmu, disaat kau rapuh Dia yang meringisi semua sakitmu, menghapus setiap tetes embun kesedihan dimatamu.
Kau tanya kabarnya tentang deritamu yang selalu ditanggungnya. Lalu dia menjawab, "Aku selalu baik-baik, karena aku pun tahu kau baik-baik saja." Kau tanya hatinya yang seringkali tersakiti oleh ucapmu Diapun berkata, "Kau tak perlu khawatir, hati ini tegar setiap kali membayangkan senyummu."
Kaupun tertegun, terdiam dalam sendu-senang, kelu dan bersyukur, tapi semua ini gamang,... Pernah kau kecewa, seringkali bermarah pada tuhan. Sampai kapan kau harus terus melihat dia terusik karena onarmu. Haruskah dia selalu menjadi baik untuk menebus burukmu.
Kau menangis, meringis, tersedu-tersedan, bermuram dengan teriak pada tuhan,... " BUNUH SAJA AKU!! hentikan sandiwara tragis ini untuknya, TUHAN, BUNUH SAJA AKU!! KU,.. M...O.H.O..N,... " - tubuhmupun tersungkur, bersujud.
(aku tak tahu apakah kau harus bersyukur?) Tuhan mengabulkan pintamu, walau hanya sebagian, memang ada yang bermati, tapi bukan engkau, melainkan dia.
Dia,... Bahu dari lelahmu, pijar dari redupmu gudang harapan dari semua kecewa dan sesalmu
waktu terhenti, dunia menyempit, hanya tersisa gambaran tubuhmu, dan tubuhnya yang terbujur kaku, dibungkus kain putih sederhana dengan ikatan-ikatan disetiap lekuknya. dia, pria itu, kini telah bermati.
Palamu pening, kerongkonganmu tercekik oleh isak, Dan dia tetap tersenyum untuk menanggung semua sakitmu, senyumnya terukir dari wajah pucat-pasi itu.
Kaupun dirongrong takut, melalu malam menggigil tanpa peluknya, Dan diapun mengambil semua dingin malam kedalam tubuh kaku itu, Agar tak satupun dingin menggigilkanmu.
Kau percaya, buasnya hidup akan mencabik relungmu saat dia tiada untuk melindungimu, Dan dia (seakan) berkata, " Kau tak perlu takut tergerus oleh liarnya hidup, aku Telah bermohon pada tuhan, biarkan tubuh mati ini dimakan ulat, menggantikan Semua derita yang diciptakan tuhan untukmu,..." Bermatipun dia masih mengharap untuk baikmu!!
Kini kau tak bisa menangis, bahkan matimupun takkan pernah bisa menghapus semua pedih dan sesal ini.
Kau hanya bisa tersungkur, terdiam-tergugu tak sanggup bersedih, Ini melebihi semua kata yang bisa menggambarkan sedih,... Ini PAHIT yang sangat PEKAT!!
Pahit dan pekat, seperti gelap saat mata terpejam,
terpejam, karena hilang, dan mati, yang teramat kelu.
Terima kasih kepada Pria, Engkau yang menjadi Ayah, menjadi Kakek, menjadi Suami, menjadi Anak, menjadi Kakak, menjadi Adik, menjadi Kekasih, menjadi Sahabat,...
Terima kasih kepada Pria, Dia yang bermati demi orang yang dikasihinya,...
Dan dengan rindu yang ber-do`a ini, Kupinta tempat terbaik pada-Nya untukmu, seorang Pria, anak yang dicintai Ibuku, Kakak yang selalu melindungiku, (Almarhum) Muhaimin Gunawan
Kau mungkin mengerti aku, tapi kau takkan pernah menjadi aku, kau takkan pernah tahu rasanya akan hal itu.
Dan kau tak perlu selalu datang, memintaku melakukan hal-hal yang menurutmu,baik untukku. Memang terkadang aku perlu semangat darimu. Tapi aku tak sehebat yang kau kira, Untuk bisa menjadi lebih baik secepat itu. Cukup kau diam, disana, disampingku, Temani aku disaat rapuh, Pijarkan hatiku disaat redup, Ajari aku tentang hidup, perlahan saja. Aku butuh kamu (walaupun selalu takut untuk mengakuinya) disampingku, Tapi jangan kau terlalu mengusikku, janga berisik!! Terkadang akupun ingin beristirahat, Tak perlu ada yang mengganggu, tidak juga kau,...
Dan bila pada saatnya nanti, akhirnya kaupun merasa lelah, Lalu menyerah. Aku mungkin akan kecewa, tapi takkan ku menyalahkanmu. Akupun takkan meminta maaf, karena memang tak pernah ku meminta siapapun untuk datang, dan tepat pada saat itu juga, aku takkan pernah bersedih saat seorang pergi, karena aku sangat mengerti, seorang tak pernah datang (untukku), hanya singgah, dan singgah hanyalah sementara.
Kau tak perlu tahu, siapa dirimu bagiku. Kau hanya perlu tahu, bahwa aku pernah mengenalmu, Tak pernah lebih dalam dari itu, bagiku, dan mungkin juga bagimu.
Untukmu kuucapkan terima kasih, untuk semua yang (mungkin) kau lakukan untukku.
Terima kasih, atas segalanya- sampai saat ini- saja.
Dan jangan kau sebut aku sebagai "yang terkasihani".
pengusik pagi, penyiksa siang, perusak senja, pengacau malam
raja tanpa tahu, tuan sesal.
Aku tak pernah baik, tak akan pernah.
Lihatlah aku! Disana, di pojok yang tandus, yang tubuhnya terbakar hitam, Hanya putih dari taring dan tanduk yang terlihat, yang tubuhnya membusuk-dimakan ulat,
Aku mulai mengenalmu, tersentak oleh hadirmu. Boleh ku menyukaimu? menyukai, karena memang aku suka kamu, bukan mencinta, bukan tentang rasa, hanya suka.
Boleh ku tanya kabar disetiap malam? Boleh ku bercengkrama saat ku rindu?
Kalau begitu, sudikah memberikanku nomor ponselmu, yang kutahu kitapun seorang M3, bukan 3, terlebih XL. Walaupun sempat kukecewa saat tahu esia-mu ternyata telah tiada. Tapi tak mengapa, sesama M3 juga tetap murah kok (*sehabis separuh malam, pukul 12 sampai 12)
Oh ya! Aku juga mendengar tentang seorang cowo, Penggemarmu sepertinya,.. Dia (yang) Tersembunyi Oleh Malunya Itu (dan) Gundah Amat Nyiksa Inginnya (berharap bisa beranjak) Pergi Untuk Tuturkan Rasa Asmaranya padamu, Filly. (gw ga sebut nama yahh!! Piss gan :D)
Oh, sudahlah! tak penting juga kita berbicara tentang dia, buang tinta pikirku, Hanya saja ingin ku titipkan pesan untukmu Filly, jangan kau beri kabarmu padanya, karena memang "ga semua hal tentang lo dia harus tau!! HA!" (=p)
Heii Filly, Masih ingatkah kau saat kita saling berujar tentang 2 insan (aku dan kamu), dari ponsel yang ditinggalkan sang empunya, malam itu, dipukul 11-12.
Kau ucap aku pintar, dan ku ucap kau pemberani Ku tahu tentang baikmu, Tentang engkau yang lembut, Tentang engkau yang selalu perduli, Walau terkadang melankolis, sang perasa.
Kau banyak berujar, dan aku suka mendengar. Kau baca tulisku, dan aku berterima kasih.
Dan kini yang kunanti, saat dimana kita akan berjumpa, saling melihat raga, melepas jerat ingin temu. Ku tunggu kabarmu, untuk saat itu, kabari aku lekas.
Oh ya, dan satu pesan lagi untukmu
Saat dia bertanya, siapakah yang akan kau pilih, Aku atau dia, maka jawablah dengan lembut padanya
"Siapa aja boleeeh,...!!"
Teruntuk, Filly Rizky, Wanita yang kukenal dan kukenang, Terima Kasih untuk hadirmu :)
Pernah aku berkata: "Asmara itu nuansa yang memabukan dan penuh racun! Sedangkan cinta? itu bukanlah apapun, hanya pengakuan sebuah rasa yang membuatmu menangis saat mengingkarinya."
Aku tak menangis, tapi rasa itu kini membuat paru terasa amat sesak, memaksa logikaku untuk lupa ingatan dan menggerakan tubuh ini untuk berlari lagi, kini lebih cepat. Aku terus menatap gambaran dirimu, yang (kupaksa) mulai terlekang, baiklah, ku akui (mungkin) aku memiliki rasa terhadapmu, rasa yang hanya terejawantah dalam diam dari sisi aku, tidak akan pernah dari sisimu, pikirku.
Aku bukan yang dipujamu, aku hanya pemujamu. Aku bukan siapa untukmu, tapi engkau membuat dirimu menjadi siapa bagiku. Kau tak bergerak, tak bertutur, hanya diam didepanku membuatku terpaku lalu tergetar.
Aku tak pernah mengatakan tentang rahasia rasa ini, aku hanya berani menatapmu dari kesendirianku, karena bagiku kau sungguh menakutkan, kau adalah makhluk terindah yang mampu mencabik-cabikku, menjadi serpihan, teronggok saat ada-mu menjadi tiada, membuatku menggigil dalam merindukanmu. Kau tidak mendengar, siapapun tak kan mendengar, tentang jeritan ini
"AKU RINDU!!, AKU TERSIKSA AKAN RASA INI!!, ARGGHHH!!"
Sungguh, kau adalah pengganggu tenangku, pengusik sendiriku, dan aku mulai lelah tentang semua ini. Lalu, beruntunglah aku (mungkin inipun yang membuatku sebenarnya bersedih), kini kau menghianati rasa dari sisiku. Bercumbu dengan sesuatu yang tak kusukai, bermain dengan dia yang ku benci, silahkan kalau kau ingin menyebutnya cemburu, dan kecewa, mungkin padamu, terlebih padaku.
Sudahlah, seorang pengecut ini memang tidak pernah pantas untuk menuai rasamu, aku hanya pangeran kodok yang mengharapkan kecupan dari putri yang takkan pernah ada, karena kau memang bukan seorang putri dan kau memang tak ingin menjadi putri (untukku), kau hanya perempuan jalang yang membuatku termabuk dalam sebuah asmara, maafkan aku, ini hanya amarahku tentang kekecewaan, pada diri dan rasaku.
Aku yang teronggok, Aku yang pedih, Aku yang merindukanmu, Aku yang sendiri dan kecewa, Kini terpuruk, dalam diam, dalam mati
"Terima kasih pada cinta yang selalu pahit, terlebih untukku."
dan aku berharap, semoga lelah akan rasa ini cepat berlalu seperti asap rokok yang menghilang bersama kabut kelam
Dalam ruang reyot ini, dalam gelap yang penuh emosi, dingin.
Dia yang bertelanjang, yang merasakan sepi,
Rona bibir lembutnya bergincu merah, bercumbu bersama selinting tembakau yang beraroma menthol, dirasakan dingin mint yang merasuk menyelimuti tenggorokan, dingin, sedingin malam-malam yang biasa dilaluinya dalam ruang penuh emosi itu, sendiri.
Dihisapnya lintingan tembakau itu, dalam, sedalam semua hitam yang menyesakan paru, diselami hitam itu sejenak dalam jantungnya, memanas-membakar yang berada dalam dadanya. Dibiarkan tar dan nikotin mengendap bersama sesal, menjadi candu yang menyakitkan.
Dan lalu dihembuskan dalam berbagai bentuk asap, menari hening melewati mulut yang selalu terdiam, tak bicara. Dan terkadang meleos melalui lubang hidung, terbang bersama hayalnya-angannya tentang beban yang menjelma menjadi ringan, bersatu bersama harunya langit kelam.
Tenggelam dalam lamunan sendu disetiap batangnya, menggantikan kisah-kisah kelu yang berganti, satu batang untuk setiap kisah, untuk setiap hampa yang terasa.
Terenyak dalam sebuah adegan dimana dia bermandikan peluh yang bercampur dengan darah, isak yang menghantam dadanya, menyempitkan logikanya, membuat wajahnya parau tapi dengan senyum. Ditampar, dicakar, menikmati hasrat dalam remangnya hati, dalam sebuah pelarian bersama debu yang berterbangan diselimuti kelabunya asap pekat itu.
Setiap hirupnya menyalakan bara, yang mulai redup lalu memerah kembali, terang seperti teriakan yang (ingin) dikeluarkannya, menuju pangkal-pangkal hidup, lalu menghitam dalam kesuraman.
1 hisap lagi sebelum pangkal, dihisapnya, dimatikan dan dinyalakan sebatang, lagi. 1 batang lagi, dengan harap akan berhenti kelak. 1 batang lagi, untuk sebuah lamunan, untuk sebuah kesedihan, kekecewaan, kesepian dan pelarian dari permainan-permainan. Diputarnya rokok itu, mempermainkannya dalam putaran-putaran, seperti rasa yang selalu mempermainkan hidupnya.
Sungguh paru ini sesak, jantung ini seakan berhenti berdetak. Tapi biarlah karena memang itu yang selalu terasa, biarkan cumbuan bersama rokok ini menemani setiap gelap yang dirasa, terhanyut walau harus mati kelak. Tak ada yang bisa mencumbunya seperti sebatang rokok yang terus menggrogoti ini. Rokok ini tak pernah menyundut, tak pernah membuat terluka, hanya menemani setiap relung-relung kosong, menghangatkan setiap malam dingin.
1 hisap lagi sebelum pangkal,
ini hisapan terakhir, untuk cumbuan sebatang rokok, lagi.