
Tuhan, aku tak bernafas tak melenguh.
Hanya merasakan suatu sesak mendesak, melesak,
Mengerlingkan tajam meracau dijantung dihati.
Menyembelih tanya merongrong tenang, aku tak bisa mengejawantahkan ingin.
Tuhan, aku terambing, terpental kesana lalu tersisih, keatas lalu terpendam.
Hingga aku sempat bertanya, apakah pernah diciptakan sebuah entah manis, entah masam, Untuk menandakan bahwa hati juga punya rasa.
Kalau memang punya kurasa yang ada hanyalah kelu,
Kelu itu ada diujung lidah, merambat sampai hati,
Mencengkramnya dalam perbudakan untuk hidup dalam hina.
Tuhan, aku tidak sedang bercerita tentang kesah,
Aku tidak sedang bermuram mendurja padamu.
Aku hanya sedang,... aku juga sempat terbingung sedang apakah aku sekarang padamu, Tuhan.
Kau berikan aku hidup, kau juga berikan aku segelintir alasan bahwa mungkin mati lebih baik.
Tuhan, subuh ini aku tergeletak dalam ruang penuh emosi, terkantuk oleh lelah, terpusing disetiap helaan nafas.
Tuhan kau selalu punya kuasa untuk membuatku tak kuasa hidup tak ber-asa,
Kau sangat bisa memaksaku nelangsa.
Tuhan, kau tidak sedang menyiksa, kau hanya sedang membuat seorang hamba terkatung menggantung, merekat dalam panggung hidup yang kau sebut, siksa.
Aku hidup, aku mati (nanti), dan aku terjerembab lekat.
Terputar-putar dalam putaran pusaran yang memutar-mutar hingga terus ku berputar, sampai mati,...
-nantinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar